Ringkasan Artikel
6/14/2010 05:45:00 PM
Add Comment
OPERATIONALIZING THE ESSENTIAL ROLE OF THE INFORMATION TECHNOLOGY ARTIFACT IN INFORMATION SYSTEMS RESEARCH: GRAY AREA, PITFALLS, AND THE IMPORTANCE OF THE STRATEGIC AMBIGUITY
MIS Quarterly Vol. 28 No. 2, pp. 149-159/June 2004
Andrew B. Whinston dan Xianjun Geng
Kata Kunci
IS Discipline, IT Artifact, gray area, strategic ambiguity
Masalah
Penulis berkomentar tentang banyaknya penelitian IS yang relevansinya terhadap artifak IT diragukan, dimana kumpulan penelitian yang seperti ini disebut dengan gray area. Artikel ini berisi tentang argumentasi terhadap banyaknya gray area dalam IS, di mana akan dipaprkan dengan menjelajahi daerah pitfalls. Penulis juga mengajukan strategic ambiguity untuk mengatasi masalah ini.
Tujuan
Penulis mengajukan dua usul untuk mempertahankan sifat inovatif dari penelitian IS, yaitu dengan mendefinisikan secara tepat kriteria operasional dari penelitian IS yang relevan dengan artifak IT, dan dengan menerapkan kebijakan strategic ambiguity.
Metodologi Penelitian
Gray-area penting untuk dikenali karena dua alasan. Pertama, karena gray area dalam bidang IS lebih besar daripada dalam bidang-bidang lain. Kedua, gray area merupakan sumber dari penelitian yang inovatid dan relevan.
Terdapat dua contoh penelitian gray-area:
1. Kontroversi Segway, dimana kasusnya adalah penelitian terhadap Segway yang merupakan alat transportasi mekanik yang menerapkan teknologi hardware dan software untuk mendeteksi keadaan lingkungan dan mengambil keputusan berdasarkan informasi tersebut. Dua karakteristik Segway yaitu alat transportasi dan penggunaan IT membuat topik ini menjadi tidak jelas relevansinya terhadap artifak IT.
2. Shill bidding dalam lelang online, dimana shill biding adalah penawaran yang dilakukan oknum internal untuk menaikkan harga. Yang menjadi masalah dalam pengangkatan topik ini adalah, beberapa orang menilai kalau shill biding terjadi karena kurangnya pengendalian identitas dalam komunitas lelang online, dimana hal ini berhubungan dengan artifak IT. Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa masalah pelelangan adalah masalah yang terlalu menyinggung bidang ekonomi.
Hasil
Pitfall merupakan sebuah pernyataan yang terlihat benar namun sebenarnya Gray-area penting untuk dikenali karena dua alasan. Pertama, karena gray area dalam bidang IS lebih besar daripada dalam bidang-bidang lain. Kedua, gray area merupakan sumber dari penelitian yang inovatid dan relevan.
Terdapat tiga contoh pitfall.
Pitfall 1: Esensi dari sekumpulan kriteria untuk relevansi penelitian dapat dengan mudah mencakup kepada gray area.
Para editor dan reviewer dapat menggunakan esensi dari suatu kumpulan kriteria untuk mengecek relevansi gray area penelitian, akan tetapi sebaiknya tetap hati-hati karena tiap orang dapat mengaplikasikan esensi tersebut dengan cara yang berbeda.
Pitfall 2: Lebih banyak kebebasan berarti lebih sedikit pembatasan gray area.
Dengan kebebasan, setiap editor dan reviewer yang ada akan dapat menginterpretasikan
batasan gray area-nya masing-masing. Hal ini dinilai dapat memperkecil gray area seiring
dengan bertambahnya pandangan dari masing-masing reviewer dan pembentukan daerah kesepakatan dari pandangan-pandangan tersebut. Pada kenyataannya, hal ini ternyata malah membatasi jangkauan topik penelitian IS karena dengan makin banyaknya pandangan, maka daerah kesepakatan akan makin sempit dan memperkecil kemungkinan persetujuan terhadap suatu topik penelitian IS.
Pitfall 3: Tidak mengidentifikasikan gray area tidak akan memperburuk “Signs of Breakup from Within”.
Pernyataan ini pada awalnya terlihat membantu penyatuan pendapat dalam penelitian IS karena bersifat tidak memihak kepada pandangan manapun. Pada kenyataannya, karena tidak ada pendefinisian gray area, setiap orang akan memiliki cara pandangnya masing-masing dan berusaha mencari komunitas yang sependapat dengan pandangannya dimana pada akhirnya akan memperlihatkan gejala perpecahan.
Implikasi dari pitfall:
• Setiap set kriteria yang ambigu terhadap gray area harus mengidentifikasi masalah ini.
• Perancang dari kriteria tersebut harus mensosialisasikan kepada komunitas alasan pentonganya kriteria yang ambigu tersebut.
• Ukuran dari gray area dapat diperkecil apabila set dari kriteria tersebut didefinisikan dengan lebih jelas.
Strategic Ambiguity dan Penelitian IS yang Inovatif
Definisi Strategic Ambiguity adalah tidak mencari jawaban yang benar-benar detail dan tepat karena memang tidak diperlukan. Apabila kriteria yang ada masih kurang terdefinisi dengan baik, maka itu bukanlah sebuah strategic ambiguity, namun merupakan opini subjektif biasa. Kasus lain, apabila peneliti terlalu khawatir terhadap relevansi penelitiannya, maka hal itu dapat memicu peneliti terebut untuk menjauhi gray area. Padahal, penelitian yang bagus hendaknya tetap diterima walaupun relevansinya masih diperdebatkan.
Para reviewer dan editor akan kesulitan untuk menemukan gray area dari suatu penelitian yang mereka ulas. Hal itu menjadi tanggung jawab dari sang penulis untuk menunjukkan secara jelas gray area tersebut.
Dengan adanya strategic ambiguity bukan berarti kita dengan sembarangan menyamarkan suatu kriteria karena 3 alasan. Pertama, strategic ambiguity hanya berlaku di gray area, tetapi artikel yang sudah jelas tidak relevan sudah seharusnya tidak diterima. Kedua, suatu saat nanti pemisahan batas antara relevan, irelevan, dan gray area akan semakin jelas. Ketiga, kualitas dari penelitian tersebut haruslah penelitian yang berkualitas tinggi, baru bisa diterapkan strategic ambiguity.
Kesimpulan
Strategic ambiguity akan mendorong penelitian yang inovatif karena akan mendorong para peneliti untuk mengambil penelitian dengan topik yang inovatif walaupun relevansinya masih diragukan.
Penutup
Penulis artikel berpendapat bahwa, apabila gray area tidak dihiraukan maka akan menimbulkan pengaruh negatif pada sifat inovatif dari penelitian IS. Solusi yang mereka berikan adalah dengan menerapkan strategic ambiguity, agar gray area dapat diperhatikan.
Komentar
Dalam artikel ini memberikan sisi baru dalam menjawab mengapa dunia IT belum dapat memiliki definisi yang tepat. Aspek gray area dapat membantu menjawab pertanyaan ini. Selain itu, artikel ini membawa sesuatu yang menarik namun agak sulit dimengerti, yaitu solusi strategic ambiguity.
MIS Quarterly Vol. 28 No. 2, pp. 149-159/June 2004
Andrew B. Whinston dan Xianjun Geng
Kata Kunci
IS Discipline, IT Artifact, gray area, strategic ambiguity
Masalah
Penulis berkomentar tentang banyaknya penelitian IS yang relevansinya terhadap artifak IT diragukan, dimana kumpulan penelitian yang seperti ini disebut dengan gray area. Artikel ini berisi tentang argumentasi terhadap banyaknya gray area dalam IS, di mana akan dipaprkan dengan menjelajahi daerah pitfalls. Penulis juga mengajukan strategic ambiguity untuk mengatasi masalah ini.
Tujuan
Penulis mengajukan dua usul untuk mempertahankan sifat inovatif dari penelitian IS, yaitu dengan mendefinisikan secara tepat kriteria operasional dari penelitian IS yang relevan dengan artifak IT, dan dengan menerapkan kebijakan strategic ambiguity.
Metodologi Penelitian
Gray-area penting untuk dikenali karena dua alasan. Pertama, karena gray area dalam bidang IS lebih besar daripada dalam bidang-bidang lain. Kedua, gray area merupakan sumber dari penelitian yang inovatid dan relevan.
Terdapat dua contoh penelitian gray-area:
1. Kontroversi Segway, dimana kasusnya adalah penelitian terhadap Segway yang merupakan alat transportasi mekanik yang menerapkan teknologi hardware dan software untuk mendeteksi keadaan lingkungan dan mengambil keputusan berdasarkan informasi tersebut. Dua karakteristik Segway yaitu alat transportasi dan penggunaan IT membuat topik ini menjadi tidak jelas relevansinya terhadap artifak IT.
2. Shill bidding dalam lelang online, dimana shill biding adalah penawaran yang dilakukan oknum internal untuk menaikkan harga. Yang menjadi masalah dalam pengangkatan topik ini adalah, beberapa orang menilai kalau shill biding terjadi karena kurangnya pengendalian identitas dalam komunitas lelang online, dimana hal ini berhubungan dengan artifak IT. Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa masalah pelelangan adalah masalah yang terlalu menyinggung bidang ekonomi.
Hasil
Pitfall merupakan sebuah pernyataan yang terlihat benar namun sebenarnya Gray-area penting untuk dikenali karena dua alasan. Pertama, karena gray area dalam bidang IS lebih besar daripada dalam bidang-bidang lain. Kedua, gray area merupakan sumber dari penelitian yang inovatid dan relevan.
Terdapat tiga contoh pitfall.
Pitfall 1: Esensi dari sekumpulan kriteria untuk relevansi penelitian dapat dengan mudah mencakup kepada gray area.
Para editor dan reviewer dapat menggunakan esensi dari suatu kumpulan kriteria untuk mengecek relevansi gray area penelitian, akan tetapi sebaiknya tetap hati-hati karena tiap orang dapat mengaplikasikan esensi tersebut dengan cara yang berbeda.
Pitfall 2: Lebih banyak kebebasan berarti lebih sedikit pembatasan gray area.
Dengan kebebasan, setiap editor dan reviewer yang ada akan dapat menginterpretasikan
batasan gray area-nya masing-masing. Hal ini dinilai dapat memperkecil gray area seiring
dengan bertambahnya pandangan dari masing-masing reviewer dan pembentukan daerah kesepakatan dari pandangan-pandangan tersebut. Pada kenyataannya, hal ini ternyata malah membatasi jangkauan topik penelitian IS karena dengan makin banyaknya pandangan, maka daerah kesepakatan akan makin sempit dan memperkecil kemungkinan persetujuan terhadap suatu topik penelitian IS.
Pitfall 3: Tidak mengidentifikasikan gray area tidak akan memperburuk “Signs of Breakup from Within”.
Pernyataan ini pada awalnya terlihat membantu penyatuan pendapat dalam penelitian IS karena bersifat tidak memihak kepada pandangan manapun. Pada kenyataannya, karena tidak ada pendefinisian gray area, setiap orang akan memiliki cara pandangnya masing-masing dan berusaha mencari komunitas yang sependapat dengan pandangannya dimana pada akhirnya akan memperlihatkan gejala perpecahan.
Implikasi dari pitfall:
• Setiap set kriteria yang ambigu terhadap gray area harus mengidentifikasi masalah ini.
• Perancang dari kriteria tersebut harus mensosialisasikan kepada komunitas alasan pentonganya kriteria yang ambigu tersebut.
• Ukuran dari gray area dapat diperkecil apabila set dari kriteria tersebut didefinisikan dengan lebih jelas.
Strategic Ambiguity dan Penelitian IS yang Inovatif
Definisi Strategic Ambiguity adalah tidak mencari jawaban yang benar-benar detail dan tepat karena memang tidak diperlukan. Apabila kriteria yang ada masih kurang terdefinisi dengan baik, maka itu bukanlah sebuah strategic ambiguity, namun merupakan opini subjektif biasa. Kasus lain, apabila peneliti terlalu khawatir terhadap relevansi penelitiannya, maka hal itu dapat memicu peneliti terebut untuk menjauhi gray area. Padahal, penelitian yang bagus hendaknya tetap diterima walaupun relevansinya masih diperdebatkan.
Para reviewer dan editor akan kesulitan untuk menemukan gray area dari suatu penelitian yang mereka ulas. Hal itu menjadi tanggung jawab dari sang penulis untuk menunjukkan secara jelas gray area tersebut.
Dengan adanya strategic ambiguity bukan berarti kita dengan sembarangan menyamarkan suatu kriteria karena 3 alasan. Pertama, strategic ambiguity hanya berlaku di gray area, tetapi artikel yang sudah jelas tidak relevan sudah seharusnya tidak diterima. Kedua, suatu saat nanti pemisahan batas antara relevan, irelevan, dan gray area akan semakin jelas. Ketiga, kualitas dari penelitian tersebut haruslah penelitian yang berkualitas tinggi, baru bisa diterapkan strategic ambiguity.
Kesimpulan
Strategic ambiguity akan mendorong penelitian yang inovatif karena akan mendorong para peneliti untuk mengambil penelitian dengan topik yang inovatif walaupun relevansinya masih diragukan.
Penutup
Penulis artikel berpendapat bahwa, apabila gray area tidak dihiraukan maka akan menimbulkan pengaruh negatif pada sifat inovatif dari penelitian IS. Solusi yang mereka berikan adalah dengan menerapkan strategic ambiguity, agar gray area dapat diperhatikan.
Komentar
Dalam artikel ini memberikan sisi baru dalam menjawab mengapa dunia IT belum dapat memiliki definisi yang tepat. Aspek gray area dapat membantu menjawab pertanyaan ini. Selain itu, artikel ini membawa sesuatu yang menarik namun agak sulit dimengerti, yaitu solusi strategic ambiguity.
0 Response to "Ringkasan Artikel"
Post a Comment